Surat Al Waqiah Lengkap Arab, Latin, dan Artinya

Date:

Surat Al-Waqiah (سورة الواقعة) adalah surat ke-56 dalam Al-Quran, kitab suci Islam. Surat ini termasuk ke dalam juz 27 dan surat ini dikenal karena makna spiritual dan materinya yang mendalam, dan sering dibaca oleh umat Islam karena berkah dan pahalanya. Nama “Al-Waqiah” diterjemahkan sebagai “Yang Tidak Terhindarkan” atau “Peristiwa” dalam bahasa Indonesia, yang merujuk pada Hari Kiamat.

surat ini membahas berbagai tema, termasuk kebangkitan, berbagai kategori manusia pada Hari Kiamat, serta berkah dan pahala bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. surat ini menekankan pentingnya memberi sedekah, bersyukur atas nikmat Allah, dan memohon ampunan-Nya.

Baca Juga: Ayat Kursi: Arab, Latin, Bacaan, dan Arti lengkap

Banyak umat Muslim percaya bahwa membaca surat Al-Waqiah secara rutin dapat membawa berbagai manfaat spiritual dan duniawi, termasuk berkah dalam rezeki dan perlindungan dari kemiskinan. surat ini sering dibaca setelah shalat Maghrib, dan terdapat tradisi bahwa Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) mendorong umatnya untuk membacanya.

Surat Al Waqiah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ

Iżā waqa‘atil-wāqi‘ah(tu).

Apabila terjadi hari Kiamat (yang pasti terjadi),


لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ۘ

Laisa liwaq‘atihā kāżibah(tun).

tidak ada seorang pun yang (dapat) mendustakan terjadinya.


خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ

Khāfiḍatur rāfi‘ah(tun).

(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).


اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ

Iżā rujjatil-arḍu rajjā(n).

Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya


وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّاۙ

Wa bussatil-jibālu bassā(n).

dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya,


فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّاۙ

Fa kānat habā’am mumbaṡṡā(n).

jadilah ia debu yang beterbangan.


وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةً ۗ

Wa kuntum azwājan ṡalāṡah(tan).

Kamu menjadi tiga golongan,


فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ

Fa aṣḥābul-maimanah(ti), mā aṣḥābul-maimanah(ti).

yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu


وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ۗ

Wa aṣḥābul-masy’amah(ti), mā aṣḥābul-masy’amah(ti).

dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.


وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ

Was-sābiqūnas-sābiqūn(a).

Selain itu, (golongan ketiga adalah) orang-orang yang paling dahulu (beriman). Merekalah yang paling dahulu (masuk surga).


اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ

Ulā’ikal-muqarrabūn(a).

Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).


فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ

Fī jannātin-na‘īm(i).

(Mereka) berada dalam surga (yang penuh) kenikmatan.


ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

Ṡullatum minal-awwalīn(a).

(Mereka adalah) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu


وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ

Wa qalīlum minal-ākhirīn(a).

dan sedikit dari orang-orang yang (datang) kemudian.


عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ

‘Alā sururim mauḍūnah(tin).

(Mereka berada) di atas dipan-dipan yang bertatahkan emas dan permata


مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ

Muttaki’īna ‘alaihā mutaqābilīn(a).

seraya bersandar di atasnya saling berhadapan.


يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ

Yaṭūfu ‘alaihim wildānum mukhalladūn(a).

Mereka dikelilingi oleh anak-anak yang selalu muda


بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ

Bi’akwābiw wa abārīq(a), wa ka’sim mim ma‘īn(in).

dengan (membawa) gelas, kendi, dan seloki (berisi minuman yang diambil) dari sumber yang mengalir.


لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ

Lā yuṣadda‘ūna ‘anhā wa lā yunzifūn(a).

Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.


وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ

Wa fākihatim mimmā yatakhayyarūn(a).

(Mereka menyuguhkan pula) buah-buahan yang mereka pilih


وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ

Wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahūn(a).

dan daging burung yang mereka sukai.


وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ

Wa ḥūrun ‘īn(un).

Ada bidadari yang bermata indah


كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ

Ka’amṡālil-lu’lu’il-maknūn(i).

laksana mutiara yang tersimpan dengan baik


جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Jazā’am bimā kānū ya‘malūn(a).

sebagai balasan atas apa yang selama ini mereka kerjakan.


لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ

Lā yasma‘ūna fīhā lagwaw wa lā ta’ṡīmā(n).

Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia dan tidak (pula) percakapan yang menimbulkan dosa,


اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا

Illā qīlan salāman salāmā(n).

kecuali (yang mereka dengar hanyalah) ucapan, “Salam… salam.”


وَاَصْحٰبُ الْيَمِيْنِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ

Wa aṣḥābul-yamīn(i), mā aṣḥābul-yamīn(i).

Golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.


فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ

Fī sidrim makhḍūd(in).

(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,


وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ

Wa ṭalḥim manḍūd(in).

pohon pisang yang (buahnya) bersusun-susun,


وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ

Wa ẓillim mamdūd(in).

naungan yang terbentang luas,


وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ

Wa mā’im maskūb(in).

air yang tercurah,


وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ

Wa fākihatin kaṡīrah(tin).

buah-buahan yang banyak


لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ

Lā maqṭū‘atiw wa lā mamnū‘ah(tin).

yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang memetiknya,


وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ

Wa furusyim marfū‘ah(tin).

dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.


اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ

Innā ansya’nāhunna insyā’ā(n).

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung,


فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ

Faja‘alnāhunna abkārā(n).

lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan


عُرُبًا اَتْرَابًاۙ

‘Uruban atrābā(n).

yang penuh cinta (lagi) sebaya umurnya,


لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

Li’aṣḥābil-yamīn(i).

(diperuntukkan) bagi golongan kanan,


ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

Ṡullatum minal-awwalīn(a).

(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu


وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ ࣖ

Wa ṡullatum minal-ākhirīn(a).

dan segolongan besar (pula) dari orang-orang yang kemudian.


وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ

Wa aṣḥābusy-syimāl(i), mā aṣḥābusy-syimāl(i).

Golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.


فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ

Fī samūmiw wa ḥamīm(in).

(Mereka berada) dalam siksaan angin yang sangat panas, air yang mendidih,


وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ

Wa ẓillim miy yaḥmūm(in).

dan naungan asap hitam


لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ

Lā bāridiw wa lā karīm(in).

yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan.


اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ

Innahum kānū qabla żālika mutrafīn(a).

Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.


وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ

Wa kānū yuṣirrūna ‘alal-ḥinṡil-‘aẓīm(i).

Mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.


وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ

Wa kānū yaqūlūn(a), a’iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a’innā lamab‘ūṡūn(a).

Mereka berkata, “Apabila kami telahmati menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan (kembali)?


اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ

Awa’ābā’unal-awwalūn(a).

Apakah nenek moyang kami yang terdahulu (akan dibangkitkan pula)?”


قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ

Qul innal-awwalīna wal-ākhirīn(a).

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian


لَمَجْمُوْعُوْنَۙ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ

Lamajmū‘ūn(a), ilā mīqāti yaumim ma‘lūm(in).

benar-benar akan dikumpulkan pada waktu tertentu, yaitu hari yang sudah diketahui.


ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَۙ

Ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllūnal-mukażżibūn(a).

Kemudian, sesungguhnya kamu, wahai orang-orang sesat lagi pendusta,


لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ

La’ākilūna min syajarim min zaqqūm(in).

pasti akan memakan pohon zaqum.


فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَۚ

Fa māli’ūna minhal-buṭūn(a).

Lalu, kamu akan memenuhi perut-perutmu dengannya.


فَشٰرِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِۚ

Fasyāribūna ‘alaihi minal-ḥamīm(i).

Setelah itu, untuk penawarnya (zaqum) kamu akan meminum air yang sangat panas.


فَشٰرِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِۗ

Fa syāribūna syurbal-hīm(i).

Maka, kamu minum bagaikan unta yang sangat haus.


هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِۗ

Hāżā nuzuluhum yaumad-dīn(i).

Inilah hidangan (untuk) mereka pada hari Pembalasan.”


نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ

Naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqūn(a).

Kami telah menciptakanmu. Mengapa kamu tidak membenarkan (hari Kebangkitan)?


اَفَرَءَيْتُمُ مَّا تُمْنُوْنَۗ

Afa ra’aitum mā tumnūn(a).

Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu pancarkan (sperma)?


ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخٰلِقُوْنَ

A’antum takhluqūnahū am naḥnul-khāliqūn(a).

Apakah kamu yang menciptakannya atau Kami Penciptanya?


نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ

Naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbūqīn(a).

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami tidak lemah


عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

‘Alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi’akum fī mā lā ta‘lamūn(a).

untuk mengubah bentukmu (di hari Kiamat) dan menciptakanmu kelak dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.


وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ

Wa laqad ‘alimtumun-nasy’atal-ūlā falau lā tażakkarūn(a).

Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui penciptaan yang pertama. Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?


اَفَرَءَيْتُمُ مَا تَحْرُثُوْنَۗ

Afara’aitum mā taḥruṡūn(a).

Apakah kamu memperhatikan benih yang kamu tanam?


ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزّٰرِعُوْنَ

A’antum tazra‘ūnahū am naḥnuz-zāri‘ūn(a).

Apakah kamu yang menumbuhkannya atau Kami yang menumbuhkan?


لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَۙ

Lau nasyā’u laja‘alnāhu ḥuṭāman fa ẓaltum tafakkahūn(a).

Seandainya Kami berkehendak, Kami benar-benar menjadikannya hancur sehingga kamu menjadi heran tercengang,


اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ

Innā lamugramūn(a).

(sambil berkata,) “Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian.


بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ

Bal naḥnu maḥrūmūn(a).

Bahkan, kami tidak mendapat hasil apa pun.”


اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّ

ذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ

Afa ra’aitumul-mā’al-lażī tasyrabūn(a).

Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum?


ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ

A’antum anzaltumūhu minal-muzni am naḥnul-munzilūn(a).

Apakah kamu yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkan?


لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ

Lau nasyā’u ja‘alnāhu ujājan falau lā tasykurūn(a).

Seandainya Kami berkehendak, Kami menjadikannya asin. Mengapa kamu tidak bersyukur?


اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ

Afa ra’aitumun-nāral-latī tūrūn(a).

Apakah kamu memperhatikan api yang kamu nyalakan?


ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ

A’antum ansya’tum syajaratahā am naḥnul-munsyi’ūn(a).

Apakah kamu yang menumbuhkan kayunya atau Kami yang menumbuhkan?


نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ

Naḥnu ja‘alnāhā tażkirataw wa matā‘al lil-muqwīn(a).

Kami menjadikannya (api itu) sebagai peringatan dan manfaat bagi para musafir.


فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ ࣖ

Fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm(i).

Maka, bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahaagung.


۞ فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ

Falā uqsimu bimawāqi‘in-nujūm(i).

Aku bersumpah demi tempat beredarnya bintang-bintang.


وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ

Wa innahū laqasamul lau ta‘lamūna ‘aẓīm(un).

Sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang sangat besar seandainya kamu mengetahui.


اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ

Innahū laqur’ānun karīm(un).

Sesungguhnya ia benar-benar Al-Qur’an yang sangat mulia,


فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ

Fī kitābim maknūn(in).

dalam Kitab yang terpelihara.


لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۗ

Lā yamassuhū illal-muṭahharūn(a).

Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan.


تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ

Tanzīlum mir rabbil-‘ālamīn(a).

(Al-Qur’an) diturunkan dari Tuhan seluruh alam.


اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَۙ

Afa biḥāżal-ḥadīṡi antum mudhinūn(a).

Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur’an)


وَتَجْعَ

لُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ

Wa taj‘alūna rizqakum annakum tukażżibūn(a).

dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan (Al-Qur’an)?


فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ

Falau lā iżā balagatil-ḥulqūm(a).

Kalau begitu, mengapa (kamu) tidak (menahan nyawa) ketika telah sampai di kerongkongan,


وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ

Wa antum ḥīna’iżin tanẓurūn(a).

padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat)?


وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ

Wa naḥnu aqrabu ilaihi minkum wa lākil lā tubṣirūn(a).

Kami lebih dekat kepadanya (orang yang sedang sekarat) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat.


فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ

Falau lā in kuntum gaira madīnīn(a).

Maka, mengapa jika kamu tidak diberi balasan,


تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Tarji‘ūnahā in kuntum ṣādiqīn(a).

kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang-orang yang benar?


فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ

Fa ammā in kāna minal-muqarrabīn(a).

Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah),


فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ

Fa rauḥuw wa raiḥān(un), wa jannatu na‘īm(in).

dia memperoleh ketenteraman, rezeki, dan surga (yang penuh) kenikmatan.


وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ

Wa ammā in kāna min aṣḥābil-yamīn(i).

Jika dia (termasuk) golongan kanan,


فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

Fa salāmul laka min aṣḥābil-yamīn(i).

“Salam bagimu” dari (sahabatmu,) golongan kanan.


وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ

Wa ammā in kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn(a).

Jika dia termasuk golongan para pendusta lagi sesat,


فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ

Fa nuzulum min ḥamīm(in).

jamuannya berupa air mendidih


وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ

Wa taṣliyatu jaḥīm(in).

dan dibakar oleh (neraka) Jahim.


اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ

Inna hāżā lahuwal-ḥaqqul-yaqīn(i).

Sesungguhnya ini benar-benar merupakan hakulyakin.


فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ ࣖ

Fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm(i).

Maka, bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahaagung.


Baca Juga: Surat Yasin: Arab, Latin dan Artinya

FAQ

Apa khasiat membaca surat Al Waqiah?

Membaca Surat Al-Waqiah memiliki banyak khasiat, terutama dalam hal mendatangkan rezeki, menghilangkan kemiskinan, dan mendatangkan berkah. Banyak hadis yang meriwayatkan tentang keutamaan membaca surat ini secara rutin. Meskipun ada berbagai keyakinan dan pengalaman berbeda terkait khasiatnya, banyak umat Islam meyakini bahwa membaca Surat Al-Waqiah secara teratur dapat membawa manfaat spiritual dan materi.

Al Waqiah ada di surat ke berapa?

Surat Al-Waqiah adalah surat ke-56 dalam Al-Quran.

Al Waqiah sebaiknya dibaca kapan?

Banyak hadis yang meriwayatkan keutamaan membaca Surat Al-Waqiah pada malam Jum’at atau pada malam Jum’at dan malam Kamis. Membacanya pada malam-malam ini dianggap membawa berkah dan manfaat khusus.

Surat Al Waqiah untuk rezeki ayat ke berapa?

Ayat yang sering dikaitkan dengan doa rezeki dalam Surat Al-Waqiah adalah ayat ke-19: “Dan kamu tidak memberi makan kepada orang miskin,” yang menunjukkan pentingnya berbagi dan berbuat baik terhadap sesama untuk mendapatkan berkah dan rezeki dari Allah.

Keyakinan dan praktik ibadah dapat bervariasi dalam tradisi dan pandangan berbeda di dalam Islam. Oleh karena itu, sebaiknya Anda mencari nasihat dari ulama atau pemuka agama yang Anda percayai jika memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang praktik keagamaan.

Share post:

More like this
Related